PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Drs. Nur Kholiq,M.Pd.[1]
Abstrak
Pendidikan karakter bangsa bukan semata-mata tanggung jawab guru, tetapi adalah tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan lingkungan keluarga. Guru bertugas memberikan pembelajaran tentang pendidikan karakter bangsa melalui ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kurikulum di sekolah, sedangkan keluarga dan masyarakat yang merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya generasi muda memiliki peran yang lebih penting dalam proses pembentukan karakternya melalui agama dan norma-norma sosial yang dianut.Perlu adanya peran serta aktif semua komponen bangsa untuk membentuk pribadi generasi muda yang berkarakter dan nasionalis. Kita tidak bisa saling melempar tanggung jawab. Norma-norma dan aturan yang tidak tertulis dalam lingkungan masyarakat dapat dijadikan patokan hukum yang bisa digunakan untuk membatasi setiap tindakan anggota masyarakatnya.Generasi muda yang kurang mendapatkan pendidikan karakter bangsa akan mudah terprovokasi dengan berbagai isu yang dapat memecah belah persatuan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun bernegara.
Pendahuluan
Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran, tetapi nilai-nilai yang bisa diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, atau pun setiap pengembangan budaya positif di sekolah dan di tengah-tengah keluarga.
Mengapa pendidikan karakter saat ini dianggap sedemikian penting? Kita semua menyadari bahwa pendidikan karakter adalah bagian dari pembangunan watak yang sangat penting untuk mencapai peradaban yang unggul dan mulia. Semua hal itu bisa terlaksana dengan masyarakat yang baik yakni manusia bermoral dan beretika sehingga bangsa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain dengan cara yang terhormat dan bermartabat. Oleh sebab itu, pembangunan karakter dalam diri anak bangsa harus tetap memperhatikan dan berpedoman kepada sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Budaya positif yang dikembangkan di sekolah diharapkan mampu menjadikan anak-anak tumbuh menjadi manusia yang bertanggungjawab, peduli, berperasaan, menghormati keberagaman, dan tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi keputusan sulit.
Dalam pengembangan karakter, guru harus bekerjasama dengan keluarga atau orangtua peserta didik. Posisi dan peran keluarga tidak sekedar tercatat atau formalitas, tetapi harus lebih efektif dalam bentuk kontrol terhadap pembinaan kepada peserta didik. Orang tua dan guru perlu membuat kesepakatan nilai-nilai utama apa yg perlu dibelajarkan, nilai-nilai kebaikan yang perlu dihayati dan dibiasakan dalam kehidupan peserta didik agar tercipta kehidupan yang harmonis, di sekolah, keluarga dan masyarakat. Mengutip Thomas Lickona nilai-nilai tersebut antara lain kejujuran, kasih sayang, pengendalian diri, saling menghargai/menghormati, kerjasama, tanggunggjawab, dan ketekunan
Karakter tidak otomatis berkembang pada diri warga bangsa atau peserta didik. Perlu ada rekayasa sosial yang dirancang dan dilaksanakan secara sadar dengan arah jelas. Rekayasa sosial ini semakin penting, karena karakter bersifat multidimensi yang memerlukan partisipasi dari berbagai pihak.(Prof. Dr. Zamroni). Pembangunan karakter bangsa, merupakan tugas semua pihak untuk melakukan regenerasi dan estafet kepemimpinan nasional. Program pembangunan karakter ini ditetapkan sebagai program nasional. Nantinya.Program tersebut akan serentak dilakukan oleh beberapa kementerian dan lembaga negara. (Mendiknas pada peringatan Hardiknas, 2 Mei 2010)
Pembahasan
Definisi Karakter
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Definisi dari “The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit.
Menurut Wapres Boediono, pendidikan karakter adalah upaya membekali generasi mendatang dengan nilai-nilai dasar yang berlaku universal sepanjang sejarah. "Seperti apa rumusannya jika akan diajarkan dan dikembangkan kepada generasi muda, silakan dirumuskan. Sebab, pendidikan karakter bangsa akan menghadapi tantangan zaman yang berbeda-beda.
Ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter :
1. Keteraturan
Setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai dan nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2. Koherensi
Memberi keberanian yang membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing situasi baru atau takut resiko.
3. Otonomi
Penliaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atas desakan yang lain.
4. Keteguhan pada kesetiaan
Daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik merupakan dasar atas komitmen yang dipilih. (Khairtati, 2010)
Makna Pendidikan
Azyumardi Azra dalam buku "Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan pengertian tentang "pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu.
Di samping itu, pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Tuhan Semesta Alam sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.
Perkembangan Pendidikan
Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada masa lalu, sungguh sangat berarti. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bersikap masa bodoh, serta banyak yang tidak mengamalkan nilai-nilai Pancaslia sebagai Dasar Negara.
Namun, kita sadar dan sangat yakin bahwa hanya melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap kualitas sumber daya manusia.
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dari harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.
Reformasi Pendidikan
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter, watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated).
Pendidikan Karakter Yang Efektif
Menurut Lickona dkk (2007) terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter
dapat berjalan efektif:
(1) kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,
(2) definisikan 'karakter' secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
(3) gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter,
(4) ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian,
(5) beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral,
(6) buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil,
(7) usahakan mendorong motivasi diri siswa,
(8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa,
(9) tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter,
(10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter,
(11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
Pendekatan holistik dalam pendidikan karakter berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral. Siswa memahami nilai-nilai inti dengan mempelajari dan mendiskusikannya, mengamati perilaku model, dan mempraktekkan pemecahan masalah yang melibatkan nilai-nilai. Siswa belajar peduli terhadap nilai-nilai inti dengan mengembangkan keterampilan empati, membentuk hubungan yang penuh perhatian, membantu menciptakan komunitas bermoral, mendengar cerita ilustratif dan inspiratif, dan merefleksikan pengalaman hidup.
Pendidikan karakter yang efektif harus menyertakan usaha untuk menilai
kemajuan. Terdapat tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian:
(1) karakter sekolah: sampai sejauh mana sekolah menjadi komunitas yang lebih peduli dan saling menghargai?
(2) Pertumbuhan staf sekolah sebagai pendidik karakter: sampai sejauh mana staf sekolah mengembangkan pemahaman tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mendorong pengembangan karakter?
(3) Karakter siswa: sejauh mana siswa memanifestasikan pemahaman, komitmen, dan tindakan atas nilai-nilai etis inti? Hal seperti itu dapat dilakukan di awal pelaksanaan pendidikan karakter untuk mendapatkan baseline dan diulang lagi di kemudian hari untuk menilai kemajuan.
Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning yaitu siswa diajarkan untuk membiasakan prilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, berrtanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.
Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa? Dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa. Menurut mendiknas, Pendidikan dan olah raga adalah satu paket kegiatan dalam rangka pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Disamping olah raga yang sudah dikenal, kemas dan tumbuhkembangkan kembali olah raga tradisional seperti pencak silat, kasti dan lain sebagainya sesuai tradisi suku bangsa untuk membentuk karakter yang diharapkan.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus dilakukan dan melibatkan semua pihak baik rumah tangga atau keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas bahkan oleh para elit politik maupun pemimpin bangsa. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan dan antar seluruh komponen masyarakat tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah).
Bangsa yang berkarakter unggul, disamping tercermin dari moral, etika dan budi pekerti yang baik, juga ditandai dengan semangat, tekad dan energi yang kuat, dengan pikiran yang positif dan sikap yang optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refleksi dari tekad kita.
Saran
Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh.
Guru adalah seorang pendidik yang seharusnya benar-benar menginginkan yang terbaik untuk siswa-siswanya, dan memiliki kepedulian untuk meluangkan waktu guna menemukan bakat individu siswa, lalu mencari cara untuk mengasuh dan memberdayakan bakat tersebut. Semoga bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera, kini, esok dan selamanya, Amin.
Daftar Pustaka
Bambang Nurokhim, 2007. “Membangun Karakter Dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan Mutlak Diperlukan” (online), http:// www. Artikel Cakrawala TNI AL.Com/, diakses tgl 21 Juli 2010.
Jakarta, Suara Karya, 2010.” Depdiknas, Masukkan Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Kurikulum”. (online), http:// www. Bataviase.co.id/, diakses tgl 21 Juli 2010
Khairtati, 2010, Pendidikan BerkarakterMakalah Pendidiikan dan Pelatihan PGSI Kota Medan Khoiruddin Bashori, 2010.”Menata Ulang Pendidikan Karakter Bangsa”. (online), http://www.Media Indonesia.com/, diakses 15 Mei 2010.
Mendiknas, 2010. “Integrasikan Pendidikan dan Olah Raga”. (online), http://www.Jakarta, Kominfo-Newsroom.com/, diakses 13 Juli 2010
Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono,2010.”Pendidikan Karakter Bangsa Penting Untuk Indonesia Yang Lebih Beretika”.(online),http:// www. Berita Utama.com/, diakses tgl 20 Juli 2010.
Prof. Dr. Zamroni, 2010, “The Role Of Social Studies In The Contex Of Nature and Character Building”. (online), http://www.Seminar Internasional Univ. Negeri Makassar.com/, diakses
tgl 19 Juli 2010.
Syahrul Hidayat, 2010. “ Pentingnya Pendidikan Karakter Bangsa”. (online), http://www.Jakarta, Kompas.com/, diakses tgl 21 Juli 2010
Universitas Negeri Jogjakarta, 2010.” Merenungkan Kembali Pendidikan Karakter Bangsa. (online). http:// www. Lensa.com/, diakses tgl 30 Junli 2010.
Wapres, 2010. “Pembekalan Karakter Bangsa Bukan Indoktrinasi”. (online), http://www. Lembang, Kompas.com/, diakses tgl 21 Juli 2010.
Yohana Kristianti,S.Si, 2010. “Pendidikan Karakter : Harapan Baru Membangun Peradaban Bangsa’. (online) http://www. banyumasnews.com/, diakses tgl 21 Juli 2010.
0 comments:
Posting Komentar