Cari Blog Ini

Senin, 05 Maret 2012

Peran Musik dalam Membentuk Karakter Bangsa

Peran Musik dalam Membentuk Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, banyak grup band musik pop bermunculan; Ungu, ST 12, Sm*sh, Nidji, D’Masiv, Kotak, dan sebagainya. Selain karena musik yang  dibawakan ringan, juga karena mereka memiliki gaya dan ciri khas masing-masing sehingga lebih dikenal oleh masyarakat.  Tidak sedikit dari masyarakat yang membentuk ”fans club” atau penggemar dari setiap band tersebut.
Orang dewasa hingga anak-anak kecil sangat menggandrungi band-band muda tersebut dimana lagu yang umumnya dibawakan bertemakan cinta. Mereka menganggap lagu-lagu pop tersebut memiliki peran dalam kehidupan keseharian, baik sebagai teman dalam perjalanan yang membosankan ataupun hanya sekedar hiburan. Namun tanpa disadari, lagu yang mereka sering dengar tersebut dapat mempengaruhi karakter dan jati diri mereka. Mereka yang senang mendengarkan lagu bertemakan jatuh cinta, maka umumnya mereka adalah orang yang sedang senang hatinya; namun tidak dapat disangkal, mereka yang mendengarkan lagu bertemakan putus cinta, umumnya sedang depresi atau sedang menghadapi suatu masalah dalam hidupnya. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa lagu memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter dan jati diri seseorang.
Dengan melihat indikasi diatas, tak mengherankan bila tema musik yang berkembang saat ini lebih dominan pada tema cinta, putus cinta, ataupun tema keseharian yang bersifat individualistis. Hal tersebut tak urung menghasilkan individu masyarakat yang berkarakter individualistik.  Kebersamaan dan persatuan seolah menjadi hal yang sangat langka. Hal ini makin terbukti dengan banyaknya tawuran antar siswa, perkelahian antar warga dan termasuk kisruh dalam banyak konser. Dalam kasus terakhir, musik yang selama ini dianggap penenang pikiran, terkesan hanya menciptakan kekacauan.
Lebih dari itu, karakter individualistis musik pun makin berani tampil dengan tema-tema liriknya yang terkesan vulgar. Hal ini sangat jelas terlihat dari lagu mari bercintanya Aura kasih dan Vicky Shu, Makhluk tuhan paling sexi yang dibawakan Mulan Jamila, Cinta satu malamnya Melinda dan banyak lagi. Lirik yang harusnya dikonsumsi oleh orang dewasa ini, karena musiknya yang asik akhirnya justru lebih banyak dinyanyikan oleh anak-anak.
Anak-anak yang merupakan generasi bangsa ini seolah harus kenyang dengan suguhan hiburan yang kurang mendidik. Padahal di tangan mereka lah, masa depan bangsa ini dibentuk. Dalam proses pembentukan generasi berkarakter, orang tua ataupun pendidik tidak bisa serta merta melarang anak untuk bisa mendengarkan musik yang merupakan fitrah setiap manusia sejak dia dilahirkan. Yang bisa dilakukan oleh orang tua atau pendidik adalah mengkondisikan musik menjadi satu alat untuk membentuk karakter anak; dan bukan menjadikannya sebagai satu ancaman. Musik diharapkan bisa membentuk karakter dan jati diri bangsa untuk anak dan juga semua kalangan.
Berdasar latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas dan mendalaminya dengan membuat  karya tulis ilmiah yang berjudul, ”Peranan Musik dalam Membentuk Karakter dan Jati Diri Bangsa”.
B.  Identifikasi Masalah
Dari uraian singkat tentang latar belakang masalah diatas, maka paling tidak ada beberapa identifikasi masalah, yaitu:
  1. Lagu dan musik memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter dan jati diri seseorang.
  2. Tema musik yang berkembang saat ini lebih dominan pada tema cinta, putus cinta, ataupun tema keseharian yang bersifat individualistis.
  3. Lirik yang harusnya dikonsumsi oleh orang dewasa, karena musiknya yang asik membuatnya lebih banyak dinyanyikan oleh anak-anak.
  4. Musik bisa dikondisikan untuk menjadi satu alat dalam  pembentukan karakter dan jati diri bangsa bagi semua
C.   Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup pembahasan, maka penulis membatasi paparan dalam karya tulis ini dengan lingkup sebagai berikut:
  1. Peran musik dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa
  2. Musik yang pantas diangkat untuk membentuk karakter bangsa ini.
D.   Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan karya ilmiah ini adalah:
  1. Apakah musik berperan dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa?
  2. Musik seperti apa yang dapat membentuk karakter dan jati diri bangsa?
  3. Nilai-nilai musik mana yang dapat membentuk karakter dan jati diri bangsa?
  4. Bagaimana nilai-nilai tersebut dapat dibentuk?
E.   Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, dimana penulis mengumpulkan dan menyusun data, untuk kemudian memberikan analisis dan penafsiran akan data tersebut. Metode ini digunakan  untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain. 
F.   Manfaat Dan Tujuan Penelitian
Manfaat penulisan karya ilmiah ini agar para penyuka musik dapat menjadikan musik sebagai sarana untuk mengembalikan dirinya sebagai anak bangsa yang mampu menjadikan bangsanya sebagai bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lainnya dibelahan bumi lainnya.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:
Agar para generasi muda bangsa ini mampu memiliki karakter terbaik dan mampu menjadi generasi yang memajukan bangsa dan negaranya dengan memanfaatkan media yang mereka sukai, yakni musik
Agar para pengamat musik mampu meramu musik yang akan disuguhkan pada para penggemarnya dengan ramuan terbaiknya, yakni ramuan yang membuat para penggemarnya menjadi penggemar yang berkarakter positif dan mencintai tanah airnya.


BAB IIKERANGKA TEORI
A.  Musik
1.    Definisi Musik
Menurut kamus besar bahasa indonesia, musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan[1]. Sedangkan menurut situs wikipedia musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik juga dapat diartikan sebagai bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar atau juga suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya atau segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik[2].
Dengan demikian, maka dipahami bahwa musik adalah suatu bunyi nada atau suara yang disusun sehingga menghasilkan kesatuan dan kesinambungan bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang untuk didengar.
2.    Perkembangan Musik
Dalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Musik oleh manusia dijadikan sebagai media untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak mampu dibahasakan melalui bahasa konvensional. Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif manusia dalam mengolah bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam. Unsur bunyi alam seperti suara unggas, denting kayu, gesekan bambu, rintik hujan dan sebagainya, diolah ke dalam bentuk instrumen musik yang tercipta dari tingkat ketrampilan dan pemahaman seniman tentang keselarasan bunyi instrumen dengan ritme kehidupan alam lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan zaman musik pun ikut berkembang dengan macam dan jenis alirannya yang semakin beraneka ragam, seperti: musik klasik, rakyat, tradisional, keagamaan, blues, jazz, country, pop, rock dan lain-lain.
3.    Peran Musik Dalam Kehidupan Manusia
   Musik memiliki peran secara stimultan dalam diri pendengarnya. Terlebih pada mereka yang sangat menikmatinya. Pemilihan jenis atau lirik musik bisa merupakan bias dari perilaku pendengarnya; namun juga bisa menjadi satu stimulus untuk membentuk perilaku pendengarnya. Sebagai contoh, orang yang sedang bersedih, umumnya suka mendengarkan lagu-lagu sendu. Namun terkadang, orang yang sedang bersedih sengaja mendengarkan lagu-lagu gembira atau penyemangat untuk bisa mengubah suasana hatinya.
Selain itu, musik pun berpengaruh pada fisik, intelegensi dan emosi pendengarnya, sebagaimana bisa dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Irama denyut nadi, denyut jantung, logat dan intonasi bicara, aliran darah, ayunan langkah dsb.
Tampak dalam bagan bahwa umumnya ekspresi musik berpengaruh pada fisik pendengarnya, dan hal ini tampak pada orang yang mendengar music dan tanpa sadar ia mengangguk-anggukan kepala ataupun menggoyang-goyangkan kakinya mengikuti irama; juga berpengaruh pada intelegensia dan emosi sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian yang membuktikan bahwa musik, terutama music klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan memiliki kecerdasan emosional dan intelegensi yang lebih berkembang dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik disini adalah music yang memiliki irama teratur  dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan music juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik[4].
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, dan bahkan raga manusia”[5].
Untuk memastikan kedahsyatan pengaruh musik pada seseorang, psikolog Lewis, Dember, Schefft dan Radenhausen sengaja menyelidiki hubungan antara musik dengan suasana hati tahun 1995. Mereka memilah musik dan juga video dalam kategori positif dan negatif. Hasilnya, musik memiliki pengaruh besar tapi tidak demikian dengan video. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif dan sebaliknya.
Empat tahun sebelumnya, T. Taniguchi, psikolog dari Universitas Tokyo, meneliti pengaruh musik terhadap akurasi memori seseorang terhadap kata-kata. Dalam laboratorium risetnya, ia memutar musik yang sedih dan yang gembira, sementara dua kelompok mempelajari sebuah tulisan yang memuat kata berkategori positif dan negatif. Hasilnya, kata yang positif diingat dengan lebih baik saat mendengar musik yang gembira, sementara kata yang negatif diingat lebih baik saat mendengar musik yang sedih.
Dengan kata lain, musik yang positif akan membawa kita kepada suasana hati yang positif dan sebaliknya. Karena itu, mereka yang bertemperamen melankolik dan introvert misalnya, bisa memakai musik yang positif untuk membantu Anda lebih ceria dan ekstrovert. Sebaliknya, mereka yang cenderung bertemperamen super aktif dan ekstrovert bisa mendengarkan lagu-lagu bernada tenang dengan lirik yang menyiratkan kedamaian hati. Musik memang tidak serta-merta mengubah kepribadian seseorang, tapi musik dapat membantu menciptakan suasana hati yang tepat. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang menyukai musik[6].

 B.  Karakter Dan Jati Diri Bangsa

1.    Hakikat Karakter dan Jati diri Bangsa
Jati diri seseorang secara utuh dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis. Lapisan yang paling luar menunjukkan kepribadian yang ditampilkan keseharian (yang juga berisi identitas dan temperamen), lapisan kedua adalah karakter dan lapisan paling dalam adalah jati diri.
Kepribadian yang kita tampilkan keseharian sering belum menampilkan karakter kita yang sesungguhnya. Mengenal karakter seseorang diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat mengetahuinya.
Pengertian dari jati diri dan karakter bangsa dapat digambarkan dengan suatu bulatan yang berisi empat lingkaran. Jati diri adalah siapa diri kita sesungguhnya, fitrah manusia, atau juga nur Ilahi yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikan-percikan sifat Ilahiah dalam batas kemampuan insani diberikan sewaktu lahir. Ini tentunya merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuhkembangkan selama persyaratannya dipenuhi[7]. Persyaratan tersebut adalah hati yang bersih dan sehat. Di mana hati adalah tempat berseminya jati diri. Jika hati kotor dan penuh penyakit, maka jati diri tidak dapat memancar apalagi ditumbuhkembangkan jati diri dan karakter yang akan melandasi sikap dan perilaku kita.
Pada pengembangannya, jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan perilakunya. Sehingga seorang yang berjati diri bisa menampilkan siapa dirinya yang sesungguhnya tanpa menggunakan kedok/topeng dan mampu secara segar dan tegar tampil dengan keadaan yang sebenarnya dengan mengintegrasikan antara jatidiri, karakter dan kepribadiannya. Dengan kata lain orang yang berjati diri akan mampu memadukan antara cipta, karsa dan rasanya. Sementara orang Indonesia sekarang baru mampu menampilkan cipta dan karsanya, dimana rasanya belum ditampilkan yang justru terdapat karakter maupun jati diri seseorang.
Jati diri manusia merupakan sesuatu yang terberi (given) dari Tuhan pada waktu kelahiran dan merupakan fitrah manusia. Berbeda dengan jati diri suatu bangsa, yang lahir dari pilihan sekumpulan individu yang mengelompok dan bersepaham untuk mendirikan suatu bangsa. Kelahiran bangsa Indonesia berawal ketika The Founding fathers kita mencanangkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dengan merubah identitas ke-kami-an menjadi ke-kita-an kemudian menjadi suatu bangsa Indonesia.
Disamping itu jati diri bangsa dapat menampilkan tiga fungsi, yaitu: Penanda keberadaan atau eksistensinya (Bangsa yang tidak mempunyai jati diri bangsa tidak akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara) Pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang, dan kekuatan bangsa (Ini akan tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khusunya) Pembeda dengan bangsa lain di dunia (Di sinilah harus tampak makna pancasila sebagai yang harus bisa kita banggakan dan unggulkan, yang merupakan pembeda dari bangsa-bangsa lain di dunia).
Jati diri bangsa adalah suatu pilihan, dimana jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan atau tampilan dari karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa merupakan akumulasi atau sinergi dari karakter individu anak bangsa yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia. Dimana karakter bangsa akan ditampilkan sebagai nilai-nilai luhur yang digali dari kehidupan nyata oleh founding fathers dirumuskan dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai Pancasila, sehingga jati diri bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Karakter memang sulit didefinisikan, tetapi lebih mudah ditangkap melalui adanya uraian (describe) berisikan pengertian. Karakter menurut Sigmund Freud adalah Character is a striving system which underly behaviour, yang saya artikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap.
Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri kita, yang akan melandasi sikap dan perilaku kita, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun.
Keterkaitan antara jati diri, karakter dan perilaku sebagai suatu proses dapat digambarkan sebagai berikut; berawal dari jati diri yang merupakan fitrah manusia yang mengandung sifat-sifat dasar yang diberikan oleh Tuhan dan merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuhkembangkan. Dapat kita gambarkan bahwa jati diri yang merupakan potensi itu adalah dapat disamakan dengan sebuah batu permata yang belum terbentuk, yang perlu dipotong, diasah dan digosok untuk dapat memancar sebagai permata yang bersinar. Memotong, mengasah dan menggosok adalah wujud dari pembangunan karakter, dimana ada pengaruh lingkungan, ada upaya mengaktualisasikan potensi dari dalam serta adanya internalisasi nilai-nilai dari luar. Ini yang akan menghasilkan karakter atau batu permata yang bersinar secara cemerlang. Karakter inilah yang akan melandasi sikap dan perilaku kita yang dapat menghasilkan tampilnya perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak maupun penampilan bermoral yang memiliki daya juang untuk mencapai suatu tujuan yang mulia. Jadi, seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seorang yang baik saja, tetapi orang berkarakter adalah orang yang baik, mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia yang dicanangkan. Kalau karakter tidak kita bangun, maka rongga yang ada sebagai tempat landasan sikap dan perilaku dapat diibaratkan akan diisi oleh hawa nafsu bahkan mungkin setan yang merajalela.

 2.    Proses Pembentukan Karakter Dan Jati Diri
Pembentukan karakter dan jati diri berkaitan erat dengan bagaimana kita membentuk kebiasaan dan membiasakannya dalam kehidupan kita sehingga terbentuklah sifat dan karakter dari kebiasaan tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebiasaan merupakan asal kata dari ke-biasa-an, makna pertama adalah sesuatu yang biasa dikerjakan, dilakukan dan sebagainya. Makna kedua merupakan antar pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama[8].
Kebiasaan dapat ditumbuhkan dengan melakukan berulang-ulang sampai kebiasaan itu berlangsung secara otomatis. Kebiasaan juga merupakan cara berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorang dan diperolehnya melalui proses belajar[9]
Menurut Hilgard ”habit is any sort of smooth-running repetitive activity, composed of recognizable movement patterns”, maksudnya adalah kebiasaan merupakan aktifitas yang diulang-ulang dan terdiri dari pola-pola gerakan yang dapat dikenali. Aktifitas tersebut umumnya berupa skill. Menurutnya juga ” habit are relatively automatic, repeated movement patterns, especially as they are revealed in skill movement[10]. Kebiasaan merupakan aktifitas yang bersifat otomatis, diulang-ulang, dan yang paling terlihat pada keterampilan bergerak. Skill atau keterampilan ini layaknya cara berjalan, cara makan yang diajarkan pada anak. Jika itu diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan. cepat atau lambat kebiasaan ini akan menetap, hingga akan sulit dibedakan dengan pembawaan seseorang.
Ketika manusia melakukan sebuah tindakan atau perilaku secara terus-menerus, berulang-ulang dalam hal yang sama, lambat laun akan membentuk sebuah kebiasaan. kebiasaan seringkali digunakan dalam arti sempit, yang hanya meliputi motorik seperti makan dengan sendok dan garpu, dan sebagainya. Namun sebenarnya tidak demikian. Menurut Dorothy Sara ” Habit is a tendency to do againt what has been done before. It is a way of behaving, thingking or feeling that once established, is easily followed”. Kebiasaan yang juga memiliki kecenderungan untuk melakukan apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan merasa ini pada mulanya sukar bagi si anak untuk melakukannya. Sebagai contoh, seorng anak belajar memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, untuk pertama kalinya sulit sekali dilakukan, namun dengan tercapai proses belajar yang matang dan kesiapan serta latihan yang berulang kali, maka akhirnya ia dapat melakukannya dengan mudah tanpa bantuan orang lain lagi. Anak ini tidak hanya belajar memakai sepatu saja akan tetapi juga belajar bagaimana memakai sepatu yang benar dan nyaman setiap kali berpergian, lama kelamaan dapat merupakan kebiasaan, atau sebagai contoh pula kegiatan belajar siswa. Seorang siswa terbiasa mengerjakan tugas-tugas sekolah karena pada awalnya ia selalu mengerjakannya dengan tertib. Maka kebiasaan belajar mengerjakan tugas tersebut akan terus dilakukan oleh pelajar ini. Karena pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola tingkah laku manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam hal ini belajar adalah proses yang berlangsung dan berlanjut dari masa kecil hingga dewasa dalam interaksinya dengan masyarakat sebagai individu sosial. Sosialisasi yang berlanjut dan berlangsung ini lama kelamaan akan menjadi kebiasaan.
Menurut H.J. Eysenck ” A customary pattern of behavior, cognitive or emotional response, and acquired ”set” or tendency toward that pattern of response[11]. Sebuah respon tingkah laku yang biasa, kognitif atau emosional, tanggapannya dapat diprediksikan sesuai dengan kondisi pada saat menjalankannya, dan dapat diperoleh sebuah pelengkap. Akibat pengulangan tingkah laku tertentu terbentuklah apa yang dinamakan pola tingkah laku, sehingga dapat diperkirakan tingkah laku yang seperti apa yang akan muncul jika seseorang menerima suatu rangsangan tertentu. Dan sudah tentu pembentukan pola tingkah laku ini melalui proses.
Dengan demikian, kebiasaan tercipta merupakan dari sebuah proses aktifitas yang sering dan selalu diulang-ulang. Hingga kebiasaan itu terbentuk dan menjadi menetap pada diri seseorang dan menjadi karakter kepribadiannya. 

3.    Membentuk Karakter Dan Jati Diri Bangsa
Jati diri seseorang akan membedakan secara hakiki dirinya dari orang lain. Demikian juga jati diri suatu bangsa akan membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Oleh karena itu, sungguh memprihatinkan bila ada suara-suara yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak memiliki jati diri namun suara-suara itu muncul bukan tanpa sebab.
Tragedi Mei 1998, tragedi bom malam natal, bom bali, makelar kasus, mafia peradilan, hingga prakter KKN yang tak kunjung terselesaikan, tentulah menjadi alasan munculnya predikat yang tak mengenakan itu. Maka, harus diakui bahwa hingga saat ini kondisi bangsa kita masih terbilang rapuh. Kondisi ini tentu saja terkait erat dengan penampilan kita sebagai suatu bangsa.
Untuk membentuk jati diri pribadi, kita harus selalu ingat pada tiga komponen utama yang mewarnai jati diri, yaitu sistem nilai (value system), sikap pandang (attitude), dan perilaku (behavior). Memburuknya kondisi jati diri bangsa kita erat kaitannya dengan sikap meremehkan – untuk tidak mengatakan melupakan – ketulusan yang menyangkut penjabaran ketiga komponen itu, yang tercermin dari cara kita berpikir, berkata-kata, dan bertindak. Kita lebih senang menonjolkan segala yang bersifat semu[12].
Dalam istilah yang lebih populer, sebagai bangsa kita diharapkan untuk dapat menyatukan rasa (nilai), cipta (sikap), dan karsa (perilaku). Masalah jati diri sesungguhnya lebih hakiki dan memiliki makna kultural yang luhur, yaitu perwujudan nur akidah dalam bentuk rasa dan gaya gerak kehidupan itu sendiri. Jati diri bukan sekedar membedakan seseorang atau suatu bangsa secara fisik, tetapi lebih-lebih yang tersurat dan tersirat secara spiritual dan kultural[13].
Untuk dapat menuai cita-cita, disamping menanam dan menuai watak atau karakter yang baik, kita harus pula memiliki kebiasaan yang baik. Watak atau karakter yang baik hanya akan didapat bila dibina, dibangun, dan ditempa dengan kebiasaan baik secara berkelanjutan. Suatu bangsa tidak akan mengalami perubahan, bila pribadi-pribadi yang membangunnya menjadi sebuah bangsa tidak mau berubah. Hal ini selaras dengan ajaran Islam dalam surah ar-Rad:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِم
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka mau merubah nasibnya sendiri” (QS. Ar-Rad: 11)
Untuk menemukan dan membangun jati diri, percaya diri dan berpegang pada prinsip harus terlebih dahulu dimiliki. Dalam hal ini, petuah ”jadilah dirimu sendiri” agaknya sangat tepat. Meski demikian, melaksanakan petuah ini tidaklah semudah mengucapkannya. Sebab untuk dapat melaksanakannya, ada tahapan yang harus dilalui, yaitu:
  1. Menggugah untuk menemukan diri sendiri.
  2. Menemukan dimana saya berada, ke mana, dan bagaimana saya mau pergi (cita-cita).
  3. Menunjukkan sikap tulus ikhlas dengan meninggalkan segala yang bersifat semu, agar selanjutnya saya dapat menghayati dan menikmati kenyataan.
  4. Memiliki kemantapan hati untuk melangkah kedepan, dengan demikian saya dapat menjadi sosok yang disegani, dihormati, dan disenangi, karena saya dapat diandalkan dan terpercaya.
  5. Memadukan dengan serasi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual; hanya dengan cara demikian saya dapat tampil sebagai pribadi yang memiliki integritas, berkompetensi, dan menumbuhkembangkan kebersamaan.
Lima kualifikasi diatas diharapkan dapat dilakukan oleh setiap pribadi dalam rangka pembangunan watak hingga mampu memiliki sifat dan sikap seekor burung walet yang dapat bersosialisasi dengan lingkungannya secara baik, tanpa kehilangan jati dirinya dan selalu kembali kepada keasliannya (sarangnya) pada waktu dan tempat yang tepat. Filosofi burung walet adalah ulet, tangguh, mandiri, tetapi selalu dalam kebersamaan, bekerja keras, loyal dan memberikan kesejahteraan dalam kondisi aman[14].

BAB III
Peranan Musik Dalam Membentuk Karakter Dan Jati Diri Bangsa 
Musik masih menjadi satu media yang digemari banyak kalangan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya para pecinta musik tanah air yang bahkan sampai rela menghabiskan waktu dan uangnya untuk dapat menghadiri konser musik idola mereka. Musik-musik yang sering didengar setiap waktu secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan kejiwaan seseorang. Jika ia sering mendengarkan musik-musik beraliran keras dengan tema perpecahan maka akan terbentuk jiwa dan pribadi yang keras di dalam dirinya begitu pun sebaliknya, bila seseorang mendengarkan musik yang penuh dengan tema perdamaian, maka ia akan berusaha untuk menjadi sosok yang damai di lingkungannya.
Kaitannya dengan pembentukan karakter dan jati diri bangsa, maka bisa disimpulkan bahwa mereka yang sering mendengarkan musik yang bertemakan rasa patriot, maka ia akan menjadi pribadi yang patriot dan menjadi pembela bagi bangsanya. Musik yang dapat menimbulkan rasa patriot dan bela negara adalah semua jenis aliran/genre musik tetapi memiliki lirik tentang patriotisme, persatuan dan kesatuan bangsa, cinta tanah air, bela negara, dan realita kehidupan bangsa Indonesia saat ini yang dikemas secara menarik dengan gaya bahasa yang lebih interaktif.
Namun sayangnya, kalangan awam berpendapat musik patriotik atau yang membentuk jati diri bangsa hanyalah musik kebangsaan yang sejak awal hanya dinyanyikan pada hari kemerdekaan saja; hingga mereka merasa bahwa rasa patriot dan nasionalis yang tertanam dalam jiwa dan benak mereka hanya pada hari tertentu saja.
Karenanya, tidak mengherankan bila Indonsia dengan SDM dan SDA yang berlimpah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupan berbangsa. Beragam kasus seperti sidangan kasus bailout bank century yang penuh dengan rekayasa, perselisihan, dan pertikaian. Para anak bangsa seolah lupa dengan lirik lagu yang mengisahkan tentang pengorbanan ibu pertiwi yang bersusah hati memanfaatkan kekayaan alam untuk kemajuan bangsa ini. Hal ini adalah imbas karena lagu-lagu kebangsaan hanya disenandungkan pada hari-hari kebangsaan saja; hingga mereka lengah dengan betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan para pahlawan membangun bangsa ini.
Untuk menghindari terulangnya kembali tragedi bom malam natal, paket kiriman bom yang dikemas seperti buku, bom bali, makelar kasus, mafia peradilan, mafia perpajakan, hingga praktek KKN yang belum kunjung terselesaikan, maka ada baiknya semua anak bangsa mau untuk menyanyikan dan mendengarkan musik dan lagu kebangsaan untuk bisa membentuk karakter dan jati diri bangsanya.
Musik pembentuk karakter dan jati diri bangsa bukan hanya terbatas pada musik atau lagu kebangsaan semata. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa perkembangan musik mengikuti perkembangan zaman sehingga banyak sekali aliran-aliran dalam musik yang ada, seperti: musik klasik, rakyat, tradisional, keagamaan, blues, jazz, country, pop, rock, dangdut, melayu, dan lain-lain. Namun yang ingin penulis tekankan disini adalah bukan jenis-jenis aliran musik itu sendiri melainkan lirik atau tema dari musik. Lirik atau tema atau juga isi dari musik itu sendiri lah yang akan lebih mempengaruhi pemikiran seseorang karena ia seakan menasihati dirinya dengan kata-kata atau isi dari musik yang ia dengar.
Disini penulis memberikan beberapa contoh lirik-lirik musik yang dapat membentuk karakter dan jati diri bangsa ini, antara lain:
  1. Garuda di Dada ku
Oleh: Netral
Ayo putra bangsa. Harumkan negeri ini
Jadikan kita bangga. Indonesia
Tunjukan dunia. Bahwa ibu pertiwi
Pantas jadi juara. Indonesia
Jayalah negaraku. Tanah air tercinta
Indonesia raya. Jayalah negaraku
Tanah air tercinta. Indonesia raya
Reff :
Garuda di dadaku. Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang..
Kobarkan semangatmu
Tunjukkan keinginanmu
Ku yakin hari ini pasti menang..
  1. BERKIBARLAH BENDERAKU
Karya: Ibu Soed
Berkibarlah benderaku. lambang suci gagah perwira
DI seluruh pantai Indonesia. Kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan dikau. Tak gentar hasratku membela
Sang merah putih yang tercinta. berkibarlah slama2nya
  1. Bendera
Oleh: Cokelat
biar saja ku tak seindah matahari
tapi selalu ku coba tuk menghangatkanmu
biar saja ku tak setegar batu karang
tapi selalu ku coba tuk melindungimu
biar saja ku tak seharum bunga mawar
tapi selalu ku coba tuk mengharumkanmu
biar saja ku tak seelok langit sore
tapi selalu ku coba tuk mengindahkanmu
ku pertahankan kau demi kehormatan bangsaku
ku pertahankan kau demi tumpah darah
semua pahlawan-pahlawanku
* merah putih teruslah kau berkibar
di ujung tiang tertinggi di indonesiaku ini
merah putih teruslah kau berkibar
di ujung tiang tertinggi di indonesiaku ini
merah putih teruslah kau berkibar
ku akan selalu menjagamu
  1. Merdeka
Oleh: Iwan Fals
Merdeka 6x
Hatiku Merdeka
Pikiranku Merdeka
Hati Dan Pikiranku Merdeka
Merdeka 3x
Dari Kebodohan
Dari Kemiskinan
Dari Ketamakan
Merdeka 6x
Usiamu tak lagi muda
Untuk terus-terusan terjaga
Jangan lagi membungkuk-membungkuk
Agar dunia mengakuimu
Kami tak butuh Itu
Berdirilah di kaki sendiri
Kami pasti menyertaimu
Merdekalah kamu
Merdeka yang sesungguhnya
Merdeka 6x
Selamat Ulang tahun. Kami Doakan
Selamat Kurang umur. Sejahterahlah
Selamat Kurang tahun. Tumpah darahku
Selamat Ulang umur. Sejahterahlah
Selamat Ulang tahun. Bahagialah
Selamat Kurang Umur. Sejahterahlah
  1. INDONESIA PUSAKA
Karya: Ismail Marjuki
Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala. Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta. Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua. Tempat akhir menutup mata

  1. GUGUR BUNGA
    Karya: Ismail Marzuki
betapa hatiku takkan rindu, telah gugur pahlawanku
betapa hatiku takkan sedih, hamba ditinggal sendiri
siapa kini pelipur lara, nan setia dan perwira
siapakah kini pahlawan hati,  pembela bangsa sejati
telah gugur pahlawanku, tunai sudah janji bakti
gugur satu tumbuh seribu,  tanah air jaya panti
gugur bungaku di taman bakti,  di haribaan pertiwi
harum semerbak menambahkan sari, tanah air jaya sakti[15]
Selain dari contoh lirik-lirik musik diatas, musik-musik pembentuk karakter bangsa yang terpenting adalah yang mengandung nilai patriot, nasionalis, cinta tanah air, perjuangan, kasih sayang antar sesama, persatuan dan kesatuan, dan lain-lain yang memiliki nilai kebaikan untuk individu atau pun bangsa.
Dengan sering mendengarkan musik-musik seperti inilah maka niscaya akan timbul rasa bela negara yang akan membentuk karakter dan jati diri bangsa ini sehingga bangsa ini akan lebih disegani dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Hal ini tentu menjadi dambaan dan harapan kita bersama sebagai salah satu bagian dari bangsa ini.
 
BAB IV KESIMPULAN & SARAN
 A.   Kesimpulan

Musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi itu). Musik memiliki peran dan dampak yang besar terhadap terbentuknya karakter dan jati diri seseorang. Untuk menimbulkan pengaruh tersebut, dibutuhkan kebiasaan yang konsisten. Mereka yang sering mendengarkan musik-musik bertemakan rasa bela negara maka yang akan selalu terlintas dalam benaknya adalah rasa patriot dan bela negara yang tinggi.
Musik yang bertemakan rasa bela negara ini tidak didominasi oleh satu aliran/genre musik tertentu. Namun bisa mewarnai semua jenis aliran musik selama lirik dan temanya berkenaan dengan rasa bela negara.

 B.  Saran

   Musik bertemakan bela negara bisa dibilang sangat langka keberadaannya. Hal ini dikarenakan kurangnya minat pendengarnya akan musik tersebut. Karenanya, sebagai anak bangsa yang peduli akan bangsanya, hendaknya mau membiasakan diri dan lingkungannya untuk terbiasa mendengarkan musik bertemakan bela negara.
Mengingat anak muda masa kini cenderung menyukai musik yang dikemas secara ringan dan komunikatif, maka musik bertemakan bela negara ini hendaknya mampu dikemas sesuai dengan selera masa kini, hingga tidak kehilangan pamor dan penggemarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Hutabarat, E.P. Cara Belajar. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1988.
Ernest R Hilgard. Introduction to psycologi Harcourt. Inc New York: Brace & word, 1962
Eysenck, H.J. Encyclopedia of psycology. Fantana/Collins in association with search press:
1972
Tim Sosialisasi penyemaian jati diri bangsa. Membangun Kembali Karakter Bangsa.
Jakarta: Alex media komputindo, 2003.
Abu Alghifari. Memburu idola melupakan jati diri. Bandung: Mujahid Press, 2004
http://id.wikipedia.org/wiki/Musik., Rabu 23 Maret 2011, pukul 21.30 WIB
http://www.google.com/pengaruh musik., Rabu 23 Maret 2011, pukul 21.35 WIB
Soedarsono, soemarno. On evaluating internet resources

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Best Buy Printable Coupons